Langsung ke konten utama

ini hanyalah cerpen yang kuhadiahkan untuk abangku mas adit apabila ada kesamaan nama dan kisah cerita itu terjadi karena tak sengaja...

Aditya versus jarum suntik dan Suster


Aditya Tryawan seorang laki-laki muda yang baru saja memulai hidupnya dan mungkin bisa dibilang memulai segalanya dari awal, karena hari ini ia baru saja melangkah di hari ke-25 setelah wisudanya, Aditya atau yang biasa di panggil orang Didit atau Om Didit oleh para keponakkannya ini benar-benar bingung untuk melangkah keluar rumahnya, rumah yang gak begitu besar dan selalu ramai oleh banyaknya anak kecil, anak-anak ini adalah anak dari kakak-kakak Didit yang telah berkeluarga, Didit adalah anak bungsu dari 5 bersaudara.
Didit berjalan menyusuri jalanan kota yang sepi sambil melamun kira-kira dia harus melamar ke perusahaan apalagi hari ini, tapi tiba-tiba saja tak lama ketika ia melamun ada sebuah teriakkan yang menyayat hati, seperti teriakkan seorang ibu yang seolah merasa sangat sakit, lalu Didit pun mencari asal suara itu, dan ternyata Ia menemukan asal suara itu, Didit yang seolah memiliki rasa kepahlawanan pun dengan segera mendatangi ibu yang sedang mengerang kesakitan itu, ternyata ibu yang didapatkan oleh didit hanyalah seorang ibu yang memakai pakaian lusuh, kakinya beralaskan sandal jepit yang tak kalah lusuhnya dengan bajunya dan sedang memegangi perutnya yang ternyata membuncit, “ibu ini akan melahirkan !!!” pikir didit, “apa yang harus aku lakukan ?!”
Lalu ibu lusuh pun berkata “kamu jangan bingung dek, karena saya sudah panik !!”
Didit berkata lagi “lalu saya harus apa bu, nama ibu siapa ??”
Ibu “antarkan saya ke rumah sakit bersalin, nama saya ibu Anna, adik siapa ? ”
Ibu Anna menjawab dengan rasa tak sabar.
“saya Didit bu, mari saya antarkan ke rumah sakit, saya carikan taksi dulu ya bu, ibu tunggu disini.”
Tak begitu lama Didit mencari taksi, dan akhirnya taksi kosong pun ia dapatkan
“mari bu, kita naik ke taksi”
“iya..”
“maaf ya bu agak lama”
“tak apa dek”
“pak, antarkan kami kerumah sakit bersalin cepat ya pak !!!”
“iya mas, tapi maaf itu jok belakang yang mas dudukin bekas anak ayam buang air belum sempat saya lap, habis mas buru-buru banget sih….” Pak supir pun menjelaskan maksudnya yang sedari tadi belum sempat di ucapkan kepada Didit yang panik karena ibu anna ingin melahirkan.
“…..” Didit pun terdiam.
Sesampainya dirumah sakit Didit memulai kepanikkannya kembali, ia berteriak dengan kerasnya dan berlagak seperti anak ayam yang kehilangan induknya setelah turun dari taksi yang ia tumpangi tadi tanpa memperdulikan ibu Anna yang masih ada di dalam taksi,
Didit pun berteriak “Tolong Suster, ibu Anna akan melahirkan !!”
“tolong suster !!!!”
“Tolooooooooooooonnnggggg !!!!”
Akhirnya suster yang panik pun berdatangan sembari membawa kasur rumah sakik dengan berlarian, dan kemudian ibu Anna dibawa masuk ke dalam ruangan gawat darurat, Didit yang sedari tadi panik mulai tenang setelah ia menyadari bahwa banyak suster cantik yang lalu-lalang di hadapannya. Didit nyaris tak bisa berkedip melihat sosok seorang suster yang di papan namanya bertuliskan irmayanti, Didit lalu bergumam “belum dapet kerja, jodoh depan mata nih..hahaha..” , tapi tanpa disengaja suster Irma mendengar gumamam Didit, lalu suster Irma pun menyambut hangat gumamam Didit, “maaf mas tadi bicara apa ya ?”
Didit “ah nggak ko sus, hanya bergumam saja kok.”
Suster Irma “ohh, maaf mas isterinya gak ditemenin melahirkan”
Didit “apa ?? isteri ??? saya belum nikah suster !!! dapet kerja aja belum….”
Suster Irma “terus yang tadi mas bawa itu siapanya mas??”
Didit “saya nemu di jalan sus !!”
Suster Irma “nemu gimana maksudnya??”
Didit “ehh maksudnya tadi saya gak sengaja ketemu ibu Anna dijalan dia minta tolong”
Suster Irma “ohh, gitu maksudnya…. mas ternyata baiiikkk yaa dan juga memiliki rasa kepahlawanan yang besar…”
Didit “Didit gitu loh suster, tampang boleh cover boy, tapi hati gak boleh sombong dong…hehe”
Didit yang merasa senang karena dipuji oleh seorang suster cantik merasa melayang dan sangat senang seolah dipuji tujuh bidadari, dan tanpa Ia sadari, ibu Anna telah sukses melahirkan dengan normal dan suami ibu Anna juga telah hadir untuk melunasi segala bentuk pembiayaan untuk ibu Anna yang harus di bayarkan secepatnya, Ibu Anna akhirnya memberikan nama anaknya yang kebetulan laki-laki dengan nama ‘Didit Anugrah Tryawan’, yang maksudnya adalah anugrah seorang Didit tryawan, tapi tanpa disengaja setelah Didit pamit dengan keluarga kecil nan sederhana milik ibu Anna, suster Irma mengagetkannya dan memulai kembali percakapan mereka,
Suster Irma “mas, mau pulang ?”
Didit “nggg.. iya sus, mau pulang nih..”
Suster Irma “wah sayang yah “
Didit “memang ada apa sus ??”
Suster Irma “di rumah sakit ini ada acara, tadinya saya mau ngajak mas buat ikut”
Didit “acara apa emangnya sus ??”
Suster Irma “yaa pokonya acaranya bagus kok mas”
Didit “memangnya suster gak kerja ??”
Suster Irma “kan sekalian kerja mas”
Didit “oohh gitu ya sus, ngomong-ngomong nama suster siapa ?? saya Didit”
Suster Irma “panggil saja Irma mas”
Didit “oh Irma yaa, ya udah deh saya mau ikut acara yang suster maksud”
Didit yang ternyata sangat takut jarum suntik ini tanpa berfikir panjang mengikuti ajakan suster Irma, dan ternyata acara yang dimaksud oleh suster Irma adalah acara bakti sosial rumah sakit yang diantaranya berisikan ‘donor darah untuk menambah isi bank darah rumah sakit’ Didit yang sedari tadi hanya terpesona oleh kecantikan seorang suster pun akhirnya sadar dan Didit pun berkata pada suster Irma “suster gak akan nyuruh saya untuk ikutan donor darah kan ??”
Suster Irma “mas Didit gak takut kan ??”
Didit yang merasa harga dirinya akan terjun payung pun menjawab dengan percaya diri “saya gak takut jarum suntik sus,beneran deh”
Suster Irma “ohh bagus dong kalo gitu, berarti mas Didit siap buat diambil darahnya, kan mas Didit punya rasa kemanusiaan yang sangat besar !”
Didit yang mulai merinding disko pun menjawab dengan gemetaran “iyaa saya gak takut kok”
Suster Irma yang mulai curiga pun bertanya lagi “bener mas Didit gak takut jarum suntik kan??”
Didit “nggak kok”
Suster Irma “ayo mas duduk kita ngantri dulu”
Didit yang semakin pucat “iiii yyaaaa sus”
Suster Irma kini semakin curiga dengan Didit yang sebenarnya takut dengan jarum suntik “mas Didit kalau gak mau donor darah juga gak apa-apa kok”
Didit yang merasa direndahkan langsung menjawab
“gak kok sus tenang ajah “
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu dan yang di takutkan terjadi, entah apa yang membuat Didit berdiri lalu berteriak dengan kencangnya
“TOLLLLLOOOOOOOONNNGGGG aku gak mau diSUNTIK, aku belum mau MATIIIIII !!!!!!!!!!!!!!!!”
Suster Irma yang sedari tadi sudah menyadari bahwa Didit takut akan jarum suntik pun tertawa terbahak-bahak melihat aksi didit yang tiba-tiba lari seperti dikejar anjing galak.
Didit yang menyedari aksi konyolnya berfikir untuk tidak akan jatuh hati kepada suster untuk kedua kalinya, karena dia tidak akan pernah mau untuk mendonorkan darahnya ataupun berhubungan dengan jarum suntik. Ketakutan Didit akan jarum suntik sudah Ia alami semenjak Ia duduk dibangku sekolah dasar ketika dulu anak ayamnya mati disuntik oleh kakaknya yang iseng dan tidak sengaja menemukan jarum suntik dan mengambilnya di puskesmas yang terletak tepat disebelah rumahnya.
Sesampainya dirumah yang ramai dan penuh keceriaan Didit pun menceritakan seluruh pengalamannya kepada seisi rumahnya dan semuanya pun tertawa dengan puasnya, mendengar cerita seoarang aditya tryawan yang takut akan jarum suntik, tapi Didit masih tak bisa melupakan wajah suster Irma yang benar-benar manis dan cantik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini